Kamis, 12 Januari 2017

Sejarah Kabupaten Rokan Hilir

Negeri-negeri di sepanjang Sungai Rokan di Riau umumnya baru mulai disebut sebut setelah Kerajaan Suwarnabhumi runtuh pada abad ke-14 M. Negeri-negeri yang berada di bawah pengaruhnya kemudian melepaskan diri.

Negeri-negeri seperti Kandis, Aru, Lamuri, Rokan, Siak, Keritang, Tumihang (Tamiang), Lahwas (Padang Lawas), Belawan/Deli, Krueng Aceh, Siak, Kampar, Inderagiri dan Sungai Tamiang yang rata berlokasi di pinggiran sungai yang bermuara ke Selat Melaka ini mulai bangkit ketika Suwarnabhumi sedang sibuk-sibuknya berperang.

Kemungkinan pada masa ini daerah Rokan Hilir dikuasai oleh Kerajaan Rokan. Karena itu peninggalan-peninggalan berupa reruntuhan Candi Sintong dan Candi Sedinginan di Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir merupakan peninggalan Kerajaan Rokan.

Dari hasil ekskavasi tahun 1992/1993 di Candi Sintong diperkirakan candi ini dibangun pada abad 12 hingga 13 M. Periode ini merupakan masa kemunculan Kerajaan Rokan, Ghasib, dan Kandis seiring dengan mundurnya kekuasaan Suwarnabhumi.

Candi Sintong dan Sedinginan tersebut memiliki pola arah hadap yang sama yaitu menghadap ke arah barat, menghadap ke aliran Sungai Rokan. Pendirian candi ini kemungkinan dihubungkan dengan adanya konsep siddayatra, perjalanan suci dari candi ke candi.

Ada pula sumber lokal yang menyebutkan bahwa Kerajaan Rokan berdiri pada abad ke-14 dengan pusat pemerintahan di Kota Lama, yang pengaruh kekuasaannya sampai ke Batu Hampar. Tidak ada catatan tentang penguasanya, walaupun disebutkan bahwa penguasa Rokan adalah keturunan Gasib (Siak).

Adapun pada masa pemerintahan Raja Mahmud Syah di Malaka, terjalin hubungan yang erat antara Kerajaan Rokan dan Kerajaan Malaka. Bahkan dikatakan bahwa Raja Mahmud Syah memperisteri puteri Raja Rokan yang kelak menurunkan Raja Ibrahim. Namun pada akhir abad ke-14 Kerajaan Rokan mengalami kemunduran akibat serangan Aceh.

Samudera Pasai yang menjadi negara makmur pada abad ke 14 dan 15 dan berperan dalam mengislamkan beberapa wilayah di Nusantara, termasuk Rokan Hilir. Kehadiran Portugis di Samudera, menyebabkan banyak ulama atau keluarga kerajaan hijrah meninggalkan Pasai menuju Rokan. Pada masa inilah kemungkinan negeri-negeri di Rokan Hilir atau Riau pada umumnya mulai banyak menganut agama Islam. Tidak mengherankan bila sejak abad ke-15, Kerajaan Rokan diperintah seorang raja keturunan Sultan Sidi, saudara Sultan Sujak, sebagaimana diutarakan dalam Sejarah Melayu.

Rokan kemudian menjadi negeri bawahan Malaka yang berjaya pada akhir abad ke-15. Sultan Muhammad Syah Raja Malaka (1425-1455) mengawini puteri raja Rokan yang dijadikan Raja Perempuan atau Permaisuri Malaka.

Rokan diketahui menjadi negeri pemasok tenaga manusia sebagai pasukan Malaka saat hendak berperang. Selain itu, Bandar Rokan, Kampar, Inderagiri dan Siak merupakan lokasi-lokasi penting bagi Malaka, untuk menguasai jalur distribusi komoditas seperti emas, lada, gaharu, dan sebagainya dari Tanah Datar di Sumatera Barat menuju ke Selat Melaka.

Setelah berhasil menjatuhkan Malaka, Portugis juga berusaha menguasai daerah daerah di sepanjang Sungai Rokan dan Sungai Kampar. Demikianlah pada abad ke-16 Portugis menyerang negeri-negeri Kampar dan Rokan. Sebagian orang percaya bahwa meriam dan bekas benteng di Batu hampar (Rokan) dan di Langgam, Kampar (sekarang masuk dalam wilayah administratif kabupaten Pelalawan) merupakan bukti kedatangan Portugis ke negeri tersebut. Di Batu hampar juga ada lokasi yang dikenal sebagai Parit Peringgi.

Dalam bahasa setempat/Melayu, kata peringgi kerap dikaitkan dengan orang Portugis. Tradisi lisan tempatan menceritakan bahwa pertempuran antara pasukan Portugis dan pasukan gabungan Inderagiri, Jambi, dan Aru di bawah koordinasi Sultan Mahmud, Raja Malaka yang melarikan diri ke Bintan pernah terjadi di Kerumutan di daerah Pelalawan pada sekitar tahun 1520-an.

Setelah Kerajaan Rokan yang berpusat di Pekaitan hancur, muncul Kerajaan Tanah Putih, Kerajaan Bangko, dan Kerajaan Kubu di wilayah Rokan Hilir. Kerajaan ini kemudian berada di bawah pengawasan kekuasaan Belanda pada abad ke-17, setelah terlebih dahulu mengusir Portugis dari Malaka pada tahun 1641. Pihak Belanda juga membangun loji-loji di bandar-bandar penting di muara Sungai Rokan, Kampar dan Siak, baik melalui perjanjian maupun dengan kekerasan senjata.

Ketika memasuki abad ke-18, Siak di bawah Raja Kecil muncul menjadi kekuatan politik penting di wilayah Riau dan sekitarnya. Kerajaan Tanah Putih, Bangko dan Kubu sejak abad ke-18 M, tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Siak Inderapura. Untuk memperkuat pengaruh Siak, Sultan Said Ali mempersunting seorang puteri Kerajaan Tanah Putih.

Pada masa Sultan Siak ke-11 (Sultan Syarif Hasyim, 1889-1908), Kerajaan Tanah Putih dijadikan bagian wilayah dan diperintah oleh seorang Kepala Negeri bergelar Datuk Setia Maharaja dan daerahnya disebut Negeri. Sementara di daerah Rokan Hulu, rajanya bergelar Yang Dipertuan dan daerahnya disebut Luhak.

Peninggalan lama berbentuk makam di Rokan Hilir, yang berdekatan dengan reruntuhan candi, hampir dapat dipastikan merupakan peninggalan atau makam para bangsawan atau ulama beberapa Kerajaan Islam seperti; Kerajaan Rokan (di Kota Lama maupun di Pekaitan); Kerajaan Bangko, Tanah Putih dan Kerajaan Kubu.Makam dengan batu nisan seperti itu, memang hanya dipergunakan oleh golongan elite masa itu, seperti golongan ulama dan kerabat istana.

Berdasarkan kedekatan letak makam-makam tersebut dengan situs candi, diperkirakan proses Islamisasi telah menyentuh kalangan elite Kerajaan Rokan yang masih Hindu-Buddha dan mereka kemudian menjadikan Islam sebagai agama kerajaan pada abad ke-15. Islamisasi melalui golongan bangsawan atau raja-raja mempercepat perkembangan Islam di Rokan. Dari sudut pandang ini, sangat mungkin Kerajaan Rokan Islam merupakan kelangsungan dari Kerajaan Rokan Hindu-Buddha.

Temuan Arkeologis Di Bagansiapiapi
Di wilayah Batu Hampar pernah berdiri Kerajaan Bangko yang berdiri setelah runtuhnya Kerajaan Pekaitan akibat serangan Portugis. Setelah itu, aktivitas politik dan perdagangan di sepanjang aliran Sungai Rokan meredup selama beberapa abad.

Aktivitas perdagangan kembali muncul setelah berdirinya beberapa kerajaan di sepanjang aliran Sungai Rokan. Di daerah Rokan Hulu muncul Kerajaan Rambah (berpusat di Pasir Pengairan), Kerajaan Tambosai (berpusat di Dalu-Dalu), Kerajaan Kepenuhan (berpusat di Kota Tengah), Kerajaan Rokan IV Koto (berpusat di Rokan IV Koto), dan Kerajaan Kunto Darusalam (Berpusat di Kota Lama).

Sementara di Rokan Hilir muncul tiga kerajaan yaitu, Kerajaan Kubu (berpusat di Teluk Merbau), Kerajaan Tanah Putih (berpusat di Tanah Putih), dan Kerajaan Bangko, berpusat di Bantaian.

Tidak diketahui dengan pasti kapan berdirinya Kerajaan Bangko. Wan Saleh Tamin (1972:51) menyatakan Kerajaan Bangko berdiri sekitar abad ke-16 M, sementara Ahmad Darmawy (2008:75) menegaskan Kerajaan Bangko berdiri sekitar setengah abad setelah runtuhnya Kerajaan Pekaitan. Patokan angka tahun ini mungkin berdasarkan serangan Portugis ke Bandar Melaka 1511 M, yang kemudian menguasainya dan beberapa bandar-bandar penting di sepanjang Sungai Rokan, termasuk Kerajaan Rokan dan kemudian Pekaitan.

Kerajaan Bangko didirikan oleh Syarif Ali, seorang saudara Sultan Malik Al-Shaleh dari Kerajaan Pasai. Beliau melarikan diri dari Pasai karena serangan Portugis. Di Batu Hampar beliau membuka kampung dan mengembangkan agama Islam. Batu Hampar kemudian berkembang menjadi sebuah bandar penting yang ramai dikunjungi orang dari berbagai negeri, termasuk dari Langkawi (Malaysia) dan Aru. Syarif Ali yang kemudian dikenal sebagai Datuk Batu Hampar mendirikan Kerajaan Bangko.

Dari narasi sejarah itu, tampak bahwa nama Makam Datuk Batu Hampar berhubung erat dengan proses Islamisasi di Rokan dan Syarif Ali dari Pasai adalah tokoh sentral dalam proses itu. Masuknya agama Islam ke Rokan sebenarnya sudah terjadi dua abad sebelum munculnya Kerajaan Bangko. Kerajaan Rokan yang sudah wujud pada abad ke-14 M sebagaimana disebutkan dalam Negara Kertagama, diperintah oleh raja-raja yang sudah memakai gelar Sultan. Menurut Sejarah Melayu, Raja Rokan adalah anak Sultan Sidi saudara Sultan Sujak (A. Samad Ahmad,1986:82). Agama Islam masuk ke Rokan dari Pasai melalui hubungan perdagangan yang mempertautkan antara kedua bandar perdagangan penting itu.

Jadi sejak masa itu Islam sudah mulai masuk ke Rokan dan kedatangan Syarif Ali ke Batu Hampar bukanlah mewakili golongan penyebar agama Islam yang pertama di Tanah Rokan. Tetapi beliau melanjutkan dakwah Islam di Batu Hampar yang kemungkinan masyarakatnya masih kuat menganut ajaran Hindu/Buddha. Analisis terhadap berbagai batu nisan yang ada di komplek makam dapat menjelaskan bagaimana proses Islamisasi di Rokan, khususnya di Batu Hampar.
loading...
Tidak diketahui dengan pasti, siapa tokoh-tokoh yang dikuburkan di makam tersebut termasuk yang mana Makam Datuk Batu Hampar, karena tidak satupun terdapat tulisan pada batu nisan. Kemungkinan makam yang selama ini dikatakan sebagai makam Datuk Hampar yang diberi cungkup, berdasarkan pada kedudukannya yang lebih tinggi daripada makam-makam lainnya. Dugaan ini diperkuat dengan jenis batu nisan yang dipergunakan yaitu jenis AP10. jenis ini telah dipergunakan sejak abad ke-15 M dan penggunaannya makin ramai memasuki abad ke-16 M, terutama di Pasai dan Banda Aceh. Terdapat 12 batu nisan jenis AP10 yang betarikh abad XVI M di Asia Tenggara. Oleh karena itu, kedatangan Syarif Ali yang kemudian mangkat di Batu Hampar pada abad ke-16 M, sesuai dengan kronologi penggunaan jenis batu nisan yang dipakai pada makam beliau.

Dari segi bentuk ukiran mungkin dapat diperkirakan jenis kelamin orang yang dikuburkan. Satu buah nisan bentuk dasar pipih (AP 10) yang utuh diperkirakan makam seorang perempuan karena terdapat ukiran berbentuk giwang (bulatan) pada kedua bahu nisan. Makam dengan jenis seperti ini dikenali sebagai makam permaisuri Penelusuran Arkeologi dan Sejarah Bagan Siapiapi.

Sultan Mujaffar Shah di Tanah Abang, Perak Tengah, Malaysia. Sementara nisan silindris (AS2 dan AS3), diperkirakan makam seorang lelaki, berdasarkan kepada bentuknya yang semacam gada dan nisan jenis ini memang tidak mempunyai ukiran ukiran yang melambangkan simbol kewanitaan. Dalam beberapa kasus, nisan jenis ini merupakan makam kaum lelaki, seperti makam Tun Sri Lanang di Biruen dan makam Syiah Kuala, di Banda Aceh. Nisan jenis ini sudah dipergunakan sejak abad XVI M dan berkembang pesat pada abad XVII M.

Mengenai masih kuatnya tradisi Hindu-Buddha pada masyarakat Batu Hampar pada masa itu dapat kita ketahui dari bentuk dan ukiran pada batu nisan tersebut. Bentuk batu nisan jenis (AP4) mempunyai ukiran timbul berbentuk bulatan pada nisan kaki.

Ukiran ini melambangkan sebuah sinar yang dikenal dengan ’Sinar Majapahit’. Simbol seperti ini juga terdapat pada nisan-nisan Islam di Troloyo, Jawa Timur sebagaimana telah diteliti oleh Damais tahun 1957. Meskipun semua nisan jenis ini tidak terdapat tulisan yang menunjukkan angka tahun, diperkirakan usianya cukup tua. Apabila merujuk kepada nisan jenis yang sama pada makam Sultan Alaeddin Said Maulana Abdul Aziz Syah di Gampong Bandrong, Desa Bandar Kalifah, Peurelak, Aceh Timur, maka diperkirakan penggunaan nisan ini sudah lebih tua daripada nisan lainnya.
Kerajaan Peurelak sudah berdiri sejak abad IX M, atau setidaknya sebelum Kerajaan Pasai abad XIII M. Simbol ’Sinar Majapahit’ itu sendiri mencerminkan bagaimana kuatnya pengaruh budaya Jawa atau Hindu/Budha pada masyarakat setempat, sehingga harus diukirkan pada batu nisan kubur orang yang meninggal. Hal ini pula bermakna bahwa pengaruh Majapahit benar-benar wujud di tanah Rokan sebagaimana disebut dalam Negara Kertagama. Memang sukar memastikan apakah orang yang dikubur dengan nisan jenis ini hidup pada abad ke-13-14 M. Namun penggunaan batu nisan tersebut menunjukkan bagaimana sebuah proses Islamisasi terjadi dalam masyarakat yang
masih kuat memegang tradisi pra-Islam.

Meskipun penduduk memeluk agama Islam yang dibawa oleh Syarif Ali atau orang lain sebelumnya, masyarakat setempat masih kukuh mempertahankan tradisi Hindu/Budha. Hal ini tampak dengan digunakannya trimurti (tiga bagan) dalam kepercayaan Hindu/Budha pada bentuk nisan. Bentuk trimurti wujud pada bentuk dasar nisan segi empat, bagian tengah bentuk segi lapan bergerigi dan bagian puncak silindris serta terdapatnya ukiran kelopak bunga teratai (lotus) pada puncak nisan. Pola hiasan semacam itu terdapat pada candi-candi di Jawa. Sementara makam dengan dua buah batu nisan tipe Melayu, merupakan makam baru bukan dari periode Kerajaan Bangko ( Abad XVI – XVIII M). Hal ini dapat dikenali dari posisi makam yang tampak diselipkan diantara makam-makam kuno lainnya serta jenis batu yang dipergunakan adalah batu nisan tipologi baru.

Tidak ada catatan sejarah tentang Makam Panjang. Menurut keterangan penduduk lokal, makam ini adalah makam orang Aceh atau kuburan orang Aceh. Jenis batu nisan tersebut juga terdapat di Kampung Pande, Kampung Lambhuk di Banda Aceh, Makam Putroe Bale, Pidie dan Makam Tok Dewangsa, Perak Tengah, Negara Bagian Perak, Malaysia. Sukar untuk menentukan kronologi situs makam tersebut, karena hampir semua makam dengan jenis batu nisan demikian tidak ada mengandung tulisan apapun. Tetapi berdasarkan kronologi Makam Putroe Bale di Pidie yang juga terdapat batu nisan dengan jenis serupa, kemungkinan Tapak Makam Panjang sudah wujud
pada abad ke-16 sampai abad XVII M.

Berdasarkan kedudukan Makam yang terletak di atas perbukitan, maka makam tersebut kemungkinan dahulunya merupakan komplek pemakaman golongan bangsawan atau ulama, sebagaimana lokasi pemakamamn kuno masa Kerajaan Islam di Nusantara. Namun Kerajaan Islam manakah yang kemungkinan pernah wujud di kawasan ini. Berdasarkan catatan sejarah, diketahui bahwa sejak abad XVI M terdapat Kerajaan Tanah Putih, Kerajaan Bangko dan Kerajaan Kubu (Pakaitan) di wilayah Rokan Hilir. Kerajaan-kerajaan ini muncul setelah Kerajaan Rokan yang
berpusat di Kota Lama hancur karena serangan Kerajaan Aru atau Portugis pada awal abad XVI M. Berdasarkan jenis batu nisan dan data sejarah, kemungkinan Makam Panjang adalah peninggalan Kerajaan Tanah Putih.

Kerajaan Tanah Putih berkedudukan di pertengahan Sungai Rokan. Sejak abad XVIII M, Kerajaan Tanah Putih tunduk dibawah kekuasaan Kerajaan Siak Inderapura. Untuk memperkuat pengaruh Siak, Sultan Said Ali mempersunting, seorang puteri Kerajaan Tanah Putih. Pada masa Sulatan Siak ke-11 (Sultan Syarif Hasyim: 188-198), Kerajaan Tanah Putih dijadikan propinsi dan diperintah oleh seorang Kepala Negeri yang bergelar Datuk Setia Maharaja dan daerahnya disebut negeri. Sementara di daerah Rokan Hulu, Rajanya bergelar Yang Di Pertuan dan daerahnya disebut Luhak.((57)

Masyarakat di Rokan Hilir disusun berdasarkan kelompok-kelompok suku. Masing masing negeri memiliki suku-suku dan setiap suku dipimpin oleh Kepala Suku. Gabungan dari kepala-kepala suku dipimpin oleh Pucuk Suku. Gabungan dari Pucuk suku dipimpin oleh Datuk Bendahara sebagai pendamping Raja dalam kerapatan adat.

Wilayah Kerajaan Tanah Putih dari mulai Tanjung Segora mengikuti arah hulu Sungai Rokan berbatasan dengan daerah Kunto di Kota Intan. Dari Sarang Lang arah hulu Sungai Rokan ke kiri masuk Batang Kuman ke Muara Batang Buruk sampai ke Air Mendidih di Kepenuhan. Dari Sungai Ragun sampai Batin Delapan dan dari Batang Buruk hingga ke Langkuas berbatasan dengan kerajaan Tambusai di Dalu-Dalu.

Terkait dengan keberadaan Rumah Kapiten di Bagansiapi-api, hal tersebut tidak lepas dengan suatu kebijaksanaan pihak kolonial di Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda dahulu mengangkat orang pilihannya sebagai pimpinan masyarakat Tionghoa di suatu daerah. Mereka yang diangkat menggunakan pangkat-pangkat major , kemudian, kapitein, dan luitenant, serta yang terendah adalah wijkmeester (semacam ketua lingkungan dalam istilah sekarang). Para pemimpin tersebut oleh masyarakat Tionghoa disebut kongkoan, kata yang sebetulnya berarti kantor tempat pemimpin itu bekerja.

Tugas yang dikerjakan pemimpin tersebut adalah mengantarai hubungan orang Tionghoa yang berurusan dengan pemerintah Hindia Belanda. Terkait dengan itu maka hal-hal yang dikerjakan adalah menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat Tionghoa di suatu daerah, mengurus ikhwal kepercayaan, adat istiadat, perkawinan, dan hal lainnya. Selain mencatat perkawinan, kelahiran, dan kematian, mereka juga mengadili segala perkara di antara orang Tionghoa. Para pemimpin itu adalah pemberi nasehat kepada pemerintah Hindia Belanda dan sekaligus pembawa peraturan pemerintah kepada masyarakat Tionghoa. Berkenaan dengan itu dapat dimaklumi bila pada pemimpin itu terpilih karena pengaruh dan kehormatan serta kekayaannya di antara orang-orang Tionghoa.

Sumber : http://www.putramelayu.web.id/2014/05/sekelumit-sejarah-rokan-hilir.html

Senin, 09 Januari 2017

5 Nasihat Rasulullah untuk Anak

Baginda Muhammad Rasulullah SAW suri teladan kita, mulai dari diam, ucapan, tingkah laku dan akhlaknya  menjadi mutiara nasihat yang tak ternilai harganya bahkan hingga dunia ini tiada. InsyaAllah menjadi jalan keselamatan bagi kita jika mengikuti setiap patah kata darinya. Banyak nasihat kehidupan yang beliau wariskan bahkan ada ribuan sabdanya yang dicatat, diuji kebenarannya hingga dibukukan, menjadi kemuliaan bagi yang menghafalnya dan terlebih bagi yang juga mengamalkan dan menyampaikan indahnya mutiara-mutiara nasihat tersebut.
Tercatat dalam sejarah Rasulullah begitu mencintai anak kecil. Pernah suatu ketika sepulang dari peperangan beliau ada di atas unta iring-iringan pasukan dan ketika melihat anak kecil Rasulullah turun dari untanya hanya untuk sekedar tersenyum kepada anak kecil tersebut.
Mutiara nasihat Rasulullah SAW ini memang dalam hadits periwayatannya disampaikan kepada anak kecil, namun setiap kalimat berharga dari beliau ini tentu juga sangat cocok untuk semua kalangan termasuk anak muda, yang dewasa maupun yang tua. Bagi orang tua tentu sangat penting sebagai bahan pengajaran untuk anak-anaknya.
Mutiara nasihat Rasulullah SAW ini kami ambil dari sabda beliau yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Ibnu Abbas RA.
1. Jagalah agama Allah, niscaya Allah akan menjagamu
Dalam nasihat yang pertama Rasulullah berpesan agar kita senantiasa menjaga agama Allah, banyak makna tersirat dalam satu kalimat sederhana ini, salah satu makna tersirat bagi kita sebagai bentuk ikhtiar menjaga Agama Allah tentu dengan melaksanakan Shalat 5 waktu sebab shalat adalah tiang agama, jika ibaratkan dengan rumah maka rumah tak akan bisa berdiri tanpa adanya tiang, begitu juga dengan agama ini tak berdiri jika kita tidak mendirikan shalat. Cara menjaga agama Allah yang lain tentu masih banyak seperti mendakwahkan agama ini kepada yang lain, menjaga akhlak dan kepribadian kita agar menjadi contoh dan teladan bagi sekitarnya dan lain sebagainya.
2. Jagalah agama Allah, niscaya engkau menemukan Allah di hadapanmu.
Menemukan Allah di hadapan kita, kita merasa dekat dengan Allah meskipun sejatinya Allah sangat dekat dengan kita terkadang karena hati dan pikiran lalai dari Allah sehingga Allah terasa begitu jauh dari kita.
3. Apabila engkau meminta, mintalah kepada Allah dan Apabila engkau memohon pertolongan, mohonkanlah pertolongan kepada Allah.
Allah mahakuasa, Allah maha segalanya, Allah raja di langi dan di bumi. Allah yang menurunkan beragam nikmat-nikmat yang kita rasakan dan Allah jugalah yang memberikan bermacam ujian untuk menguji kualitas keimanan dan ketakwaan kita. Di saat kita menyadari Allah adalah segalanya, maka tentu kita juga meyakini tiada tempat memohon dan meminta pertolongan kecuali hanya pada Allah SWT.
Jika Allah menguji kita dengan masalah dan ingin mengeluh maka mengeluhlah pada Allah, jika kita merasa begitu beratnya beban hidup dan ingin mengadu karena tak sanggup akan beratnya maka mengadulah pada Allah. Karena Allah adalah segalanya mari selalu utamakan Allah sebagai tempat meminta dan memohon.
4. Ketahuilah bahwa seluruh manusia apabila berkumpul untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan dapat melakukannya selain dengan sesuatu yang Allah takdirkan untukmu.
Terkadang kita menjadi manusia lemah yang sering mengggantungkan harapan pada makhluk yang lemah. Campur tangan Allah, itulah makna dalam nasihat ini, apapun yang terjadi didunia ini adalah sebab oleh keikutsertaan Allah.
5. Kalau seluruh manusia berkumpul untuk memberimu mudharat, mereka tidak akan dapat melakukannya selain dengan sesuatu yang telah Allah takdirkan atasmu. Pena telah diangkat dan tinta di buku catatan telah kering. 
Karena lagi-lagi manusia adalah makhluk yang lemah, mak tak perlu takut atau khawatir jika banyak orang ingin berbuat buruk pada kita. Dan, juga kita tidak menyalahkan keadaan atau orang lain jika sesuatu yang tidak mengeenakkan menimpa kita. Sebab segala sesuatu yang menimpa kita adalah takdir dari Allah SWT yang telah tercatat.
5 Mutiara nasihat Rasulullah SAW, adalah rangkaian mutiara berharga yang mendidik kita agar menjadi hamba yang dekat serta berserah diri pada Allah SWT. Kelima nasihat diatas akan mengasah keimanan serta meningkatkan ketakwaan kita pada Allah SWT, semoga bermanfaat dan menjadi pedoman dalam menghadapi berbagai persoalan hidup kita serta anak-anak kita. [Uda Agus/Elmina]r.
Sumber : https://www.elmina-id.com/5-mutiara-nasihat-rasulullah-saw-untuk-anak-kecil/

Cara Belajar Yang Baik

CARA BELAJAR YANG BAIK
Untuk menuju sukses di masa depan, para pelajar berlomba-lomba belajar untuk mendapatkan nilai yang baik di sekolah. Sesuai dengan pepatah “Belajar Merupakan Kunci Keberhasilan”. Belajar adalah memahami, merasakan, mengetahui, mencari, menjelaskan, sehingga dengan belajar orang akan mengetahui segala yang belum diketahui.
Belajar pada umumnya dilakukan pada saat jam pelajaran sekolah. Namun, untuk mendapatkan cara belajar yang efektif, belajar dibutuhkan waktu yang banyak. Tidak di jam sekolah saja, belajar wajib dilakukan saat dirumah. Belajar yang sukses tergantung dengan cara belajar masing-masing orang, setiap orang memiliki cara belajar yang berbeda. Namun, sebagian orang memiliki cara kerja otak yang sama, sehingga cara belajarnyapun sama. Berikut beberapa tips cara belajar yang baik.
  1. Niatkan dalam diri, berikan motovasi belajar terlebih dahulu. Yakin dan berikan semangat dalam hati. Bahwa, dengan belajar kita dapat mendapatkan nilai yang baik di sekolah.
  2. Mulai belajar dengan membaca terlebih dahulu. Setelah membaca, buat resume dari buku yang Anda baca. Membaca sambil menulis meningkatkan kinerja ingatan pada otak Anda.
  3. Jika ada yang tidak dimengerti, jangan malu untuk bertnya. Dan jangan malu untuk menjawab pertanyaan dari orang lain. Belajar dari pertanyaan orang lain menambah pengetahuan Anda.
  4. Hindari dari perbuatan mencontek. Kerjakan ujian dengan jawaban sendiri. Dengan begitu, Anda akan tahu, sisi mana yang belum diketahui, dan sisi mana yang harus dipelajari.
  5. Belajar yang terlalu serius juga tidak baik untuk otak, beri jenjang waktu belajar dan refreshing. Bisa juga dilakukan dengan belajar kelompok, belajar kelompok menjadi alternative belajar yang efisien. Jika tidak ada yang dimengerti, Anda bisa bertanya langsung kepada teman belajar kelompok Anda.
  6. Buat perencanaan waktu belajar yang baik. Misalnya, jika Anda bersekolah dari jam 7 sampai dengan jam 2 siang, berikan waktu 2 jam pada jam 7 malam sampai dengan jam 9 untuk mengulang pelajaran di sekolah.
  7. Belajarlah dengan tekun, berlatih terus dengan berbagai soal pelajaran di sekolah.
Ke 7 tips diatas tidak akan berarti jika Anda sendiri tidak memiliki motivasi untuk belajar, tingkatkan motivasi belajar Anda, lalu ikuti tips belajar efektif diatas, Barengi belajar dengan doa yang tulus kepada Tuhan, agar diberikan hasil yang maksimal, semoga sukses.

Sumber : https://ridwan202.wordpress.com/artikel/cara-belajar-yang-baik/

Sabtu, 07 Januari 2017

Tips Memelihara Kucing Persia

Kucing Persia dengan bulu yang indah memang ideal dijadikan hewan peliharaan.




Namun, jenis peliharaan ini memerlukan perawatan khusus untuk membuat bulunya tetap sehat dan indah.
Namun jangan khawatir, perawatan khusus tidak berarti sulit atau mahal.
Berikut adalah beberapa tips yang bisa dijadikan sebagai panduan dasar untuk merawat kucing Persia.
1. Dengan bulu yang panjang, kucing Persia harus disikat (disisir) setiap hari.
Ini menjadi perawatan dasar yang harus dilakukan mengingat kucing Persia memiliki kemampuan terbatas untuk merawat bulu mereka sendiri.
Idealnya, bulu kucing Persia harus disisir dengan sisir logam dua kali sehari untuk mencegah kusut dan memastikan bulu mereka tetap bersih dan berkilau.
2. Sebagai perawatan tambahan, seka bulu kucing Persia dengan tisu bayi setiap hari.
Tisu bayi ideal digunakan karena selain akan membuat bulu kucing berbau harum, juga tidak akan menyebabkan alergi karena formula tisu bayi yang lembut.
3. Jika bulu kucing Persia sudah terlanjur kusut, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan meminta bantuan profesional.
Bulu kusut bisa menyakitkan dan membuat kulit mereka tertarik atau bahkan terluka.
4. Banyak kucing Persia memiliki masalah dengan saluran air mata mereka.
Kucing dengan masalah ini cenderung banyak mengeluarkan air mata.
Jika ini yang terjadi, pastikan untuk membeli tisu mata yang sesuai untuk membersihkan mata dan daerah hidung kucing Persia Anda.
Hidung yang jarang dibersihkan bisa saja tersumbat sehingga kucing menjadi kesulitan bernapas.
5. Beri makan kucing Persia dengan makanan yang dikhususkan atau cocok untuk jenis kucing ini.
Makanan harus mengandung semua nutrisi yang diperlukan agar kucing Anda selalu berada dalam kondisi prima, penuh energi, serta bulu yang tumbuh indah dan mengkilap.
6. Pastikan Anda memiliki cukup waktu setiap hari untuk bermain dengan kucing Persia Anda.
Berikan berbagai mainan yang disukainya. Kucing jenis ini umumnya dipelihara di dalam rumah.Bermain bersama akan membuatnya tetap aktif dan tidak jemu.
7. Kucing Persia adalah jenis kucing pemilih. Tempat pembuangan kotoran mereka harus dibersihkan setiap hari.
Mereka menyukai tinggal di tempat yang bersih dan nyaman.
8. Jika memungkinkan beri jendela kecil atau ruang kosong di sekitar jendela rumah agar kucing Persia dapat berjemur.
Berjemur bisa membantu menjaga kesehatan mereka.
9. Kucing Persia dapat hidup selama 20 tahun. Ini berarti memelihara kucing Persia membutuhkan komitmen jangka panjang.
Sumber : http://www.amazine.co/10930/tips-memelihara-kucing-persia-9-cara-merawat-kucing-persia/